

Sejumlah seniman memainkan kesenian
tradisional khas Magelang, Tari Jelantur, di Wonolelo, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah, Ahad (27/5). Kesenian Jelantur dibawakan oleh
sekelompok penari berseragam prajurit Kraton yang membawa kuda kepang.
Seakan kembali ke masa lalu, keindahan kesenian Jelantur mampu memikat
perhatian para pengunjung. Namun sayang sekali seni tari ini terancam
punah, karena tidak ada regenerasi akibat rendahnya minat generasi muda
untuk menggeluti seni tari yang menggambarkan masa perjuangan saat
merebut kemerdekaan.
Asal-usul
Pada awalnya, seni Jelantur digunakan sebagai media bagi pemuka agama
untuk mengumpulkan masyarakat ketika hendak melakukan syiar agama
Islam. Pada jaman dulu, pemuka agama kesulitan untuk berdakwah karena
susah mengumpulkan masyarakat.Sehingga para pemuka agama membunyikan alat musik tradisional disertai tari-tarian untuk menarik perhatian masyarakat. Dalam perkembangannya, seni Jelantur mampu dikemas menjadi pertunjukan seni tradisi yang menarik.
Dari sisi musik, seni Jelantur menampilkan iringan musik seperti iringan kesenian Jathilan. Alat musik tradisional yang dimainkan pada seni Jelantur adalah bendir, beduk dan rebana. Sedang dari sisi gerakan tari, seni Jelantur sangat berbeda dengan gerakan tari Jathilan yang biasanya menyatukan tari dengan unsur magis.
Seni Jelantur berasal dari kata “jelajah lan tutur”. Para penari Jelantur menarikan beberapa bagian tarian. Misalnya gerakan membuat barisan menutup dan membuka, merapat atau melebar. Mereka menggunakan seragam tari kain celana panjang dibawah lutut, kain jarik batik bermotif serta selendang warna kuning. Setiap akan berganti gerakan tari berbaris atau memulai dan berganti pasangan berperang, kapten penari akan membunyikan peluit.
0 komentar:
Posting Komentar