Selasa, 18 Maret 2014

Kesenian Jelantur-Jawa Tengah Terancam Punah

 
Sejumlah seniman memainkan kesenian tradisional khas Magelang, Tari Jelantur, di Wonolelo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Ahad (27/5). Kesenian Jelantur dibawakan oleh sekelompok penari berseragam prajurit Kraton yang membawa kuda kepang. Seakan kembali ke masa lalu, keindahan kesenian Jelantur mampu memikat perhatian para pengunjung. Namun sayang sekali seni tari ini terancam punah, karena tidak ada regenerasi akibat rendahnya minat generasi muda untuk menggeluti seni tari yang menggambarkan masa perjuangan saat merebut kemerdekaan.
Asal-usul
Pada awalnya, seni Jelantur digunakan sebagai media bagi pemuka agama untuk mengumpulkan masyarakat ketika hendak melakukan syiar agama Islam.  Pada jaman dulu, pemuka agama kesulitan untuk berdakwah karena susah mengumpulkan masyarakat.
Sehingga para pemuka agama membunyikan alat musik  tradisional disertai tari-tarian untuk menarik perhatian masyarakat. Dalam perkembangannya, seni  Jelantur mampu dikemas menjadi pertunjukan seni tradisi yang menarik.
Dari sisi musik, seni Jelantur menampilkan iringan musik seperti iringan kesenian Jathilan. Alat musik tradisional yang dimainkan pada seni Jelantur adalah bendir, beduk  dan rebana. Sedang dari sisi gerakan tari, seni Jelantur sangat berbeda dengan gerakan tari Jathilan yang biasanya menyatukan tari dengan unsur magis.
Seni Jelantur berasal dari kata “jelajah lan tutur”. Para penari Jelantur menarikan beberapa bagian tarian. Misalnya gerakan membuat barisan menutup dan membuka, merapat atau melebar. Mereka menggunakan seragam tari kain celana panjang dibawah lutut, kain jarik batik bermotif serta selendang warna kuning. Setiap akan berganti gerakan tari berbaris atau memulai dan berganti pasangan berperang,  kapten penari akan membunyikan peluit.

0 komentar:

Posting Komentar